PEKAN SENI SINGKAWANG 2014


Pekan Seni Singkawang 2014 
Kota Singkawang kalimantan Barat 17 Mei 2014
          Pada kesempatan kali ini Sanggar KOMA mengadakan sebuah even dengan Tajuk Pekan Seni Singkawang 2014. Dalam even ini sanggar KOMA bekerjasama dengan salah satu sanggar tari yang ada dikota Singkawang yaitu Sanggar TANJUNG SERUMPUN. 
Even ini selain bertujuan sebagai ajang promosi sanggar KOMA, juga bertujuan sebagai wadah komunikasi dan tempat berkumpulnya sanggar-sanggar yang ada di Kota Singkawang Khususnya. Dalam even tersebut sanggar-sanggar yang diundang menampilkan berbagai jenis kesenian, baik itu Tari, Seni Silat, Baca Puisi, Lagu-lagu daerah, dan masih banyak lagi penampilan yang lainnya.
            Even tersebut diselengarakan di GEDUNG PUSAT INFORMASI PARIWISATA Kota Singkawang Kalimantan Barat, dan diresmikan Oleh KADIS Pariwisata Kota Singkawang.
Dalam sambutannya, KADIS Pariwisata Kota Singkawang berharap even seperti ini dapat terus berlangsung demi mempertahankan seni budaya yang ada di Indonesia pada umumnya dan Di Kalimantan Barat pada khususnya. dan diharapkan sanggar-sanggar yang ada di Kalimantan Barat dapat terus axis dan agar dapat mengarahkan para remaja untuk melakukan hal-hal yang positif serta dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi maraknya kenakalan remaja.
dan diharapkan even Pekan Seni Singkawang ini menjadi Agenda tahunan, agar dapat lebih menumbuh kembangkan rasa cinta masyarakat terhadap budaya mereka.

Sambutan PLT KADIS PAriwisata Kota Singkawang Bpk. Johari Pion
Tari 5 Etnis Oleh Sanggar KOMA
Penampilan Tari Melayu,Seni Silat, Dan Tari China
Oleh Sanggar TANJUNG SERUMPUN
Seni Silat Oleh Sangggar KOMA
Tari Melayu Tradisi Oleh Sanggar Tari Sedau
Tari Laila Canggung Oleh Sanggar Nur Citra
Tari Themar Oleh Sanggar Bunga Tanjung
Tari Dayak oleh Sanggar Tanjung Serumpun
Tari Massal Oleh Semua Pengisi Acara

1 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Mubes Pertama Sanggar KOMA

     Sebagai sebuah organisasi yang berada dalam ruang lingkup Negara Indonesia yang sangat menjunjung tinggi demokrasi. Sanggar KOMA juga mengajarkan kepada setiap anggotanya bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, warga negara yang selalu menjunjung tinggi rasa hormat terhadap pilihan orang lain, menjadi warga negara yang selalu mempertanggung jawabkan setiap tugas yang dia emban.
          Tepatnya Pada tanggal 15 sampai 16 Desember 2013, Sanggar KOMA mengadakan MUBES KOMA untuk pertama kalinya.
Dalam MUBES yang berlangsung selama 2 hari tersebut, Para Pengurus Sanggar KOMA dimninta untuk melaporkan segala agenda dan program kerja selama setahun kepengurusan mereka, para pengurus tidak hanya diminta melaporkan secara lisan, mereka juga diminta untuk melaporkannya secara tertulis, dengan harapan seluruh anggota sanggar KOMA tidak hanya bisa berkesenian, tapi diharapkan juga bisa tertib dalam administrais keorganisasian.
          Pada kesempatan itu, Sanggar KOMA juga melakukan Suksesi Pemilihan Ketua Sanggar yang baru periode 2014-2015. dengan cara menampilkan beberapa kandidat, dan masing-masing kandidat diminta untuk menyampaikan Visi dan Misi mereka kedepan untuk sangggar  KOMA. setelah pencapaian Visi dan Misi dari masing-masing kandidat, selanjutnya seluruh Anggota sanggar KOMA diminta untuk menulis nama calon yang akan mereka pilih untuk menjadi Ketua Sangggar Berikutnya.
Serah terima jabatan ketua sanggar yang lama (kanan) kepada ketua sanggar yang baru (kiri))



Pelaporan Pertanggung Jawaban salah satu pengurus KOMA 



3 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Iseng - Iseng By Alan













0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Lomba Parade Komedi Generasi Berencana

Pontianak 6 September 2014,
BKKBN Mengadakan Lomba Komedi Kategori Ramaja UMUM, yang dikuti oleh beberapa sanggar yang ada di Pontianak, diantranya Teater KOMSAN IAIN Pontianak, Sanggar ABU NAWAS, Sanggar KOMA dan masih sanggar-sanggar lainnya.
dalam lomba tersebut, sanggar KOMA Membawakan Sebuah Drama Komedi Yang Berjudul ABORSI, drama komedi ini menceritakan kondisi remaja kita saat ini, yang senang melakukan hubungan seks diluar nikah dan kebanyakan berujung kepada pengguguran kandungan, pernikahan dini, hingga berujung kematian.
judul dari drama tersebut tidak memilki arti yang sebenarnya, kata ABORSI adalah kepanjangan dari
A : Akui saja itu anak kalian
B : Bertanggung jawablah atas apa yang telah kalian lakukan
O : Orang-orang juga bakalan tahu klau itu anak kalian dari hasil hubungan di luar nikah
R : Rasa-rasanya lebih baik kalian cepat-cepat nikah
S : Sebenarnya ketika kalian menggugurkan kandungan itu, akan menimbulkan masalah yang baru
I  : iiiiiiihhhhhhhhhhhhhhh Banyak Tanya, sudah sana pulang dan cepet nikah

Walaupun dalam lomba tersebut Sanggar KOMA tidak mendapatkan juara, namun keluarga KOMA tetap semangat untuk terus berkarya dan melestarikan serta mempertahankan seni dan budaya indonesia

Para Pemain :
Fatur Sebagai Setan Centil
Roy Sebagai Malaikat Tua
Tanul Sebagai Bang Beben
Dila Sebagai Ila Si Cewek Cupu
Fajar Sebagai Dukun Konselor

Musik :
Alan

Crew Panggung :
Sonnif, Sofan,

Make Up :
Desy, Tika, Qeyla

Dokumentasi :
Emir, Alvin

Naskah :
Fajar Sulaiman

Sutradara :
M. Taufiq, S.Pd.I

3 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Halal Bihalal Keluarga KOMA

USAI Idul Fitri, biasanya kita mengadakan halal bihalal. Apa makna, arti, atau pengertian halal bihalal dan bagaimana asal-usulnya?
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan halal bihahal sebagai “acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran”.
Menurut pakar tafsir, Prof Dr Quraish Shihab, halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata bahasa Arab halal diapit satu kata penghubung ba (baca, bi) (Shihab, 1992).
Dikatakan, meski dari bahasa Arab, yakinlah, orang Arab sendiri tidak akan mengerti makna sebenarnya halal bihalal karena istilah halal bihalal bukan dari Al-Quran, Hadits, ataupun orang Arab, tetapi ungkapan khas dan kreativitas bangsa Indonesia.

Meski “tidak jelas” asal-usulnya, hahal bihalal adalah tradisi sangat baik, karena ia mengamalkan ajaran Islam tentang keharusan saling memaafkan, saling menghalalkan, kehilafan antar-sesama manusia. 
 
Pada tanngal  14 September 2014, tepatnya pada hari minggu, Sanggar KOMA mengadakan Acara Halal Bihalal Keluarga KOMA untuk pertama kalinya, meskipun idul fitri sudah lewat hampir satu bulan, tapi suasananya masih terasa ketika lebih dari separuh anggota KOMA dapat menghadiri acara tersebut, acara tersebut bertujuan agar rasa kebersamaan dan kekeluargaan bertambah erat, dan dapat saling menghargai betapa berharganya keluarga walaupun tak seibu dan seayah.
acara tersebut diisi dengan pembacaan tahlil bersama, sambutan dari ketua dan sesepuh Sanggar KOMA, serta ada beberapa penampilan dari Keluarga KOMA, seperti Baca Puisi, Stand Up Comedy, dan nyanyi bareng.
Suasana semakin semarak ketika Salah satu dari sesepuh KOMA naik keatas panggung dan bernyanyi sambil menari, gelak tawa pun tak dapat lagi tertahan, karena selama sanggar KOMA berdiri hampir 2 Tahun, para anggotanya belum pernah melihat sesepuh dari sanggar KOMA melakukan hal tersebut.
sungguh sesuatu banget "Mengutip Syarini" hehehehehehehehehe.....

2 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

INDAHNYA BERBAGI

Juli 2014
          Sanggar KOMA tidak hanya mengajarkan kepada setiap ANGGOTA KELUARGA nya bagaimana caranya melestarikan budaya serta mengembangkan kesenian yang ada di bumi Indonesia.
          Sanggar KOMA juga mengajarkan bagaimana caranya berbagi kepada sesama, berbagi kebahagiaan, canda tawa, serta berbagi sedikit rezeki kepada kaum du'afa.
          Di bulan Suci Ramadhan tepatnya pada bulan Juli 2014, sanggar KOMA mengadakan Kegiatan Safari Ramadhan, dengan agenda kegiatan Buka Bersama Keluarga KOMA dan Memberikan Santunan Kepada Kaum Du'afa.
Pada tanggal 5 Juli 2014, Sanggar KOMA memberikan santunan kepada salah satu janda kurang mampu di Kec. Kuala Mandor B. Kab. Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Selanjutnya pada tanggal 20 Juli 2014, Sanggar KOMA memberikan Santunan kepada keluarga kurang mampu di Kec. Sungai Ambawang. KAb. Kubu Raya, Kalimantan Barat.
          Diharapkan dengan kegiatan tersebut, para anggots keluarga KOMA, dapat mengerti betapa besarnya arti kebersamaan, dan betapa indahnya berbagi.
 

0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Sekilas KOMA


KOMA
 adalah salah satu sanggar yang terbentuk dari orang-orang yang berbeda latar belakang, baik dari pendidikan maupun status sosial. akan tetapi KOMA tidak pernah membedakan satu dan yang lainya, KOMA adalah salah satu tempat dimana setiap orang yang memiliki apresiasi besar terhadap seni dan kebudayaan bisa menyalurkan fikiran dan bakat mereka demi mempertahankan serta mengembangkan seni dan budaya khususnya di bumi nusantara ini, walupun terkadang harus tampil dengan penuh semangat dan pulang tanpa ada hasil, tapi keluarga KOMA berkomitmen kuat agar tetap mempertahankan seni dan budaya walaupun terkadang tidak ada apresiasi terhadap pekerjaan mereka.
KOMA HADIR UNTUK MEMPERTAHANKAN SENI DAN BUDAYA DAN SIAP BERJUANG MATI-MATIAN DEMI KEMAJUAN SENI DAN BUDAYA NUSANTARA 

KOMA berdiri pada tanggal 10 November 2012 


0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

KEBUDAYAAN MASYARAKAT MADURA DENGAN CIRI KHAS YANG DIMILIKINYA

Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para anggotanya, melahirkan perilaku yang oleh para anggotanya dipandang layak dan dapat diterima.
Kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia, dan yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota masyrakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam masyarakat.


Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan secara biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan yang terpadu.
Dari definisi diatas masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar Pulau Madura), meskipun Madura masih berada di wilayah Indonesia tapi karena factor letak membuat kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah-ke daerah lain pasti memiliki perbedaan kebudayaan.
Untuk kebudayaan masyarakat Madura sendir berbeda dengan kebudayaan masyarakat lainnya, termasuk dengan kebudayaan Jawa Timur (Surabaya, Malang dll) meskipun Madura masih satu provinsi dengan mereka. Masyarakat Madura memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.
Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak menutp kemungkinan mereka akan membalas dengan yang lebih kejam. Banyak orang yang berpendapat bahwa masyarakat Madura itu unik, estetis dan agamis. Dapat dibuktikan dengan banyaknya masjid-masjid megah berdiri di Madura dan tidak hanya itu saja, kebanyakan masyarakat Madura termasuk penganut agama Islam yang tekun, ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk naik haji. Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat Madura juda dikenal sebagai masyarakat santri yang sopan tutur katanya dan kepribadiannya.
Masyarakat Madura masih mempercayai dengankekuatan magis, dengan melakukan berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan yang penting dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat Madura. Slah satu bentuk kepercayaan terhadap hal yang berbau magis tersebut adalah terhadab bendah pusaka yang berupa keris atau jenis tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Untuk bahasa masyarakat Madura memiliki bahasa daerahnya sendiri yang mayoritas digunakan oleh masyarkat asli Madura. Bahasa Madura hamper mirip dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia, karena bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk system hierarki berbahasa sebgai akibat pendudukan Kerajaan Mataram atas Pulau Madura pada masa lampau.
Bahasa Madura mempunyai system pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalannya. Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tingkat yakni :
  • Ja’ – iya (sama dengan ngoko)
  • Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
  • Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)
Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah Madura. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan Kangean. Dialeg yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura.

Untuk kesenian sendiri Madura memiliki beberapa kesenian tradisional seperti karapan sapi, topeng, keris, batik, celuret, kleles dan tuk-tuk. Karapan sapi adalah perlombaan pacuan sapi yang sudah berlangsung sejak dulu. Karapan sapi juga dapat menaikkan setatus social pemilik sapi bila sapi miliknya bisa juara dalam perlombaan tersebut.
Karapan sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura yang dinamakan saronen. Para pemusik seronen ini bertugas sebagai alat penyemangat anggota kontingen bersrta sapi-sapinya sebelum karapan dimulai.
Topeng Madura biasanya digunakan untuk pentas kesenian topeng dalang, yaitu kesenian topeng yang dalam memerankan suatu cerita, penarinya tidak berbicara, dialog dilakukan oleh dalangnya cerita yang dibawakan adalah cerita Ramayana dan Mahabarata.

Batik Madura adalah sebuah kerajinan tangan yang berasal dari Pulau Madura, yang pusat pembuatan batik tersebut berada di daerah Bangkalan yang merupakan ujung Barat Madura, sampai di pasar Sumenep. Batik Madura seakan identik dengan satu tempat istimewa, yaitu Tanjung Bumi, yang berada di Bangkalan Utara, diluar jalur utama lintas Madura yaitu berada di sisi selatan pulau Madura.
Keris juga merupakan sebuah kerajinan tradisional dari Madura meskipun tidak begitu diketahui sejak kapan keris sudah menjadi senjata tradisional masyarakat Madura. Tempat kerajinan keris sekarang berada di Kabupaten Sumenep di desa Aeng Tongtong, kecamatan Saronggi. Keris sekarang dan keris pada masa lalu berbeda, bila keris sekarang digunakan hanya untuk meningkatkan/menaikkan pamor seseorang dan keris pada masa lalu digunakan sebagai alat berperang.
Celurit juga termasuk alat tradisional milik masyrakat Madura, terutama para rakyat kecil memperlakukan celurit sebagai senjata yang tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Tak mengherankan, bila pusat kerajinan senjata tajam itu banyak bertebaran di pulau Madura. Celurit dibuat di desa Peterongan, kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan. Disana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya sebagai pandai besi pembuat arit dan celurit dan keahlian mereka adalah warisan sejak ratusan tahun lampau.
Kleles  adalah alat yang dipakai untuk pasangan sapi yang dikerap agar keduanya dapat lari seirama, sedangkan pada bagian buritan adalah tempat duduk joki, yang akan mengendalikan arah dan larinya sapi. Tuk-tuk sebagai instrument pengiring pada saat kerap sedang dibawa keliling maupun pada saat sedang berlangsung perlombaan kerapan sapi.
Cara hidup masyarakat Madura ada berbagai macam seperti ada masyarakat Madura yang merantau kedaerah-daerah lain yang bertujuan agar dapat menaikkan derajat mereka, ada pula yang masih di daerahnya untuk melakukan ternak sapi, bila yang tinggal didaerah pesisir mereka bekerja sebagai nelayan dan pembuat garam tradisional, ada pula yang membuat usaha di rumah seperti usaha batik tulis Madura, kerajinan celurit dan keris.

Pakaian adat masyarakat Madura untuk pria sangat identik dengan motif garis horizontal yang biasanya berwarna merah-putih dan memakai ikat kepala. Lebih terlihat gagah lagi bila mereka membawa senjata tradisional yang berupa clurit. Dan untuk wanita, biasanya hanya menggunakan bawahan kain batik khas Madura dan mengenakan kebaya yang lebih simple.

Untuk rumahnya sendiri, masyarakat Madura kebanyakan rumahnya hamper mirip rumah Jawa (Joglo), karena bila dilihat dari sejarahnya Jawa masih ada benang merah dengan Madura maka ada akulturasi kebudayaan, antara budaya Jawa dengan budaya Madura.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa Madura memiliki kebudayaan yang komplek dan menakjubkan. Tinggal kita, sebagai generasi muda apakah dapat melestarikan kebudayaan-kebudayaan peninggalan nenek moyang kita atau kebudayaan itu akan hilang dengan sendirinya dan anak cucu kita nantinya tidak akan dapat mengetahui dan menikmati kebudayaan peninggalan nenek moyang mereka.

sumber :http://chepoetbeudt08.wordpress.com/sejarah-kesenian-indonesia/antropologi/


0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

Karapan sapi



pasuruan 
karapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.

Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya. Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.

Bagi masyarakat Madura, Kerapan dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang membanggakan, kerapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan, peran magis religious; misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu. Terdapat seorang 'dukun' yang akan 'mengusahakan'nya. Pada setiap tim pasti memiliki seorang 'dukun' sebagai tim ahli untuk memenangkan perlombaan.

Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang

0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA

bahasa madura



Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 14 juta orang [1], dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Bahasa Kangean, walau serumpun, dianggap bahasa tersendiri.
Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibu mereka.
Kosakata
Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.
Contoh :
  • bhila (huruf "a" dibaca [e] (info)) sama dengan bila = kapan
  • oreng = orang
  • tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = sama dengan tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
  • onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

Sistem pengucapan
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].
Tingkatan Bahasa
Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:
  • Ja' - iya (sama dengan ngoko)
  • Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
  • Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)
Contoh :
  • Berempa' arghena paona?: Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya)
  • Saponapa argheneppon paona?: Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)
Dialek-dialek Bahasa Madura
Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.
Contoh pada kasus kata ganti "kamu":
  • kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata kakeh untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.
Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan.
Contoh:
  • akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
  • kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
  • berrA' : barat (berre' dengan e schwa dalam bahasa Madura daratan)
  • morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)
Bawean
Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura. Di dua tempat terakhir ini bahasa Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:
  • eson atau ehon = aku (sengkok/engkok dalam bahasa Madura)
  • kalaaken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura)
  • trimakasih = terimakasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura)
  • adek = depan (adek artinya dalam bahasa Madura
Perbandingan dengan bahasa Melayu
Bahasa Bawean juga banyak yang sememangnya sama dengan Bahasa Melayu, contohnya:
  • Dapur (baca: Depor) = Dapur
  • Kanan = Kanan
  • Banyak (baca: benyyak) = Banyak
  • Masuk = Masuk
  • Suruh = Suruh
Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:
  • Ngakan = Makan
  • Nginum = Minum
  • Arangkak = Merangkak
  • Juk-tojuk =Duduk-duduk
  • Asapoan = Nyapu
  • Acaca = Bicara
Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:
  • Bajar (baca: Bejer) = Bayar
  • Lajan (baca: Lajen) = Layan
  • Sembhajang (baca: sembejeng) = Sembahyang
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
  • Bhabang (baca: Bebeng)= Bawang
  • Jhaba (baca: Jebe) = Jawa
Perbandingan dengan bahasa Jawa
Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:
Bahasa Jawa = Bahasa Bawean
  • Kadung = Kadung (Bahasa Melayu = Terlanjur)
  • Peteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
  • Lawang = Labang(baca Labeng) (Bahasa Melayu = Pintu)
Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti:
  • Payu = paju (Bahasa Melayu = Laku)
Perbandingan dengan bahasa Banjar
Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:
Bahasa Banjar = Bahasa Bawean
  • Mukena = Mukena (Bahasa Melayu = Telekung Sembahyang)
  • Bibini = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)
Perbandingan dengan Bahasa Tagalog
Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog
  • Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
  • Elong = Elong; penggunaan [e] (Bahasa Melayu = Hidung)
  • Matay = Mamatay (Bahasa Melayu = Mati)
Contoh:
  • Eson terro ka be'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Ehon, Eson tidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, badha berrus? = Buk, ada sikat? (berrus dari kata brush)
  • Ekalakaken = ambilkan (di Madura ekala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
  • Silling = langit-langit (dari kata ceiling)
Pranala luar

0 komentar:

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN POS KAN KOMENTAR ANDA